#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

LOST IN CALIFORNIA


CHAPTER ONE

Sempurna, Seohyun menghabiskan hampir seluruh tabungannya dan menempuh jarak kurang lebih 13 jam terbang dari Seoul ke Los Angeles hanya untuk mendapati kenyataan yang sangat pahit. Ini mimpi buruk, bukan ini kiamat !!
Michael, pacarnya – seingat dia – tinggal di Los Angeles, mereka berdua menjalani hubungan jarak jauh hampir dua tahun ini. Mike – panggilan untuknya – mendapat tawaran kerja di Loas Angeles, karena sebagai lulusan terbaik dengan nilai IP yang cukup fantastik, banyak perusahaan asing yang mengincarnya. Dan akhirnya Mike memutuskan untuk menerima tawaran dari sebuah perusahaan di Los Angeles.
Tahun pertama Mike di Loas Angeles hubungan mereka masih berjalan normal, Mike selalu menyempatkan untuk berkirim pesan ataupun sesekali menelpon dirinya, Dan Seohyun pun demikian – saat dia menerima gaji sebagai Guru sebuah TK kecil – sesekali menelpon Mike walaupun hanya untuk beberapa menit.
Tahun kedua, perubahan sudah mulai terasa bagi Seohyun, Mike kini tak lagi serajin dulu untuk menghubunginya ataupun mengirim pesan dan membalas pesannya. Sekalinya menelpon hanya saat Seohyun ulang tahun – yah setidaknya dia masih mengingat ulang tahunnya – hingga akhirnya Seohyun memutuskan untuk memberi kejutan di ulang tahun Mike. Seohyun memutuskan akan menemui Mike di Los Angeles tanpa pemberitahuan.
13 jam lebih dia menahan rasa bahagia, sedikit demi sedikit uang hasil gajinya dia kumpulkan dan tabung, hingga akhirnya Seohyun bisa membeli tiket dan memiliki bekal uang untuk dirinya sendiri. Sebuah kado istimewa dia siapkan, sebuah jam tangan mewah yang dulu Mike idam-idamkan, itupun di belinya dengan uang tabungannya.
13 jam penerbangan yang membuatnya jet lag, sementara udara panas Los Angeles menyambutnya saat keluar dari bandara LAX. Dengan bahasa Inggris yang seadanya, yang dia pelajari diam-diam setiap malam, Seohyun memanggil taksi dan memberikan alamat Mike kepada sang sopir. Duduk di belakang dan menikmati pemandangan Los Angeles yang memukau.
Apartemen Mike berada di sekitar kantornya, itu katanya dulu. Seohyun menatap bangunan bercat putih tersebut sambil mencocokkan alamat Mike yang di milikinya. Sebuah apartemen yang hanya bisa masuk bila pintu di bukakan oleh penghuni apartemen – Seohyun jadi ragu. Bila dia bermaksud memberi kejutan pada Mike dia tak boleh meminta Mike membukakannya pintu – jadi Seohyun memutuskan menunggu seseorang yang masuk atau keluar dari apartemen tersebut. 
Lima menit menunggu seorang wanita setengah baya keluar dari dalam apartemen dan secepat kilat Seohyun menahan pintu agar dirinya bisa masuk. Hal pertama yang Seohyun dapatkan adalah tak ada lift di apartemen tersebut – gilanya Mike tinggal di lantai 5 – menarik napas panjang Seohyun melangkah menuju tangga dan menarik koper berwarna pink menyolok - satu-satunya yang dia miliki – dan mulai melangkah menaiki tangga. Gila , apartemen kok tidak punya lift, rutuk Seohyun dalam hati.
Di lantai 3 Seohyun sejenak berhenti, napasnya tersengal dan lututnya terasa mau copot. Baru kali ini dia naik tangga sebanyak itu, biasanya dia hanya naik tangga ke lantai satu saja. Masih dua lantai lagi, desah Seohyun sambil menatap nanar tangga menuju ke lantai 4. Sambil meniupkan udara keluar dari bibirnya, Seohyun melangkah menaiki anak tangga selanjutnya dan berpapasan dengan seorang pemuda berkulit hitam dengan dandanan yang bukan main heboh plus cap yang di pakainya menutupi rambut gimbalnya. 
" Hey, hey pretty girl, looking for someone ? ", katanya sambil berdiri di tengah tangga menghalangi jalan Seohyun. Sedikit gemetar Seohyun menatap laki-laki tersebut. Dan terbata-bata meminta dia untuk menyingkir dari jalannya.
" Cant, cant you move from the way ? ".
Sayangnya laki-laki tersebut tipe laki-laki yang kurang peka atau memang tipe biang kerok, bukannya memberi jalan kepada Seohyun dia malah mengacak pinggangnya dan mulai tertawa – asli itu suara tawa terburuk yang pernah Seohyun dengar. 
" Please........ ", kata Seohyun lagi.
" Hey, dont be to rush lady, let me help you ", katanya seraya menyentuh pundak Seohyun. Refleks Seohyun memukul tangannya dan melepaskan pundaknya dari sentuhan laki-laki tersebut. Tapi ternyata hal tersebut justru membuat laki-laki tersebut semakin gila. Dengan kasar dia menarik tangan Seohyun.
" Let me go !! ", teriak Seohyun dengan perasaan takut tapi laki-laki itu malah tertawa – sekali lagi itu tawa terjelek yang pernah dia dengar – Seohyun berusaha keras menarik tangannya tapi sepertinya genggaman laki-laki tersebut makin menguat.
" Hey man, leave the girl alone !! ". Sebuah suara dari belakang membuat Seohyun memalingkan wajahnya yang pucat, berharap mendapat pertolongan dari peilik suara tersebut. Seorang pemuda Asia, dengan mata sedikit bulat, memakai pakaian olahraga lengkap dengan handuk kecil di lehernya sedang berdiri di belakang Seohyun. Seohyun menatapnya dengan pandangan minta tolong. Pemuda itu lalu memegang tangan si pria hitam tadi dan melepaskan tangan Seohyun. Saat tangannya terlepas Seohyun bergerak mendekat ke pegangan tangga sambil mendekap tas rangselnya. 
" You better move and gihe her a way, show your manner, man ", kata pemuda tersebut lalu menaiki tangga berjejer dengan Seohyun. Laki-laki hitam tadi hanya tersenyum.
" Chill out man, I am just teas her ", katanya.
" Well I think she dont like your joke, so just please let her go ".
Laki-laki tersebut hanya mengangkat kedua tangannya lalu bergerak ke sampng dan kembali melangkah turun, seperti niatnya sebelumnya. Pemuda itu pun melanjutkan langkahnya tanpa menengok ke arah Seohyun atau sekedar bertanya apakah dia baik-baik saja, naik dengan sedikit berlari. Seohyun menatapnya punggungnya dengan melongo, setidaknya dia bisa mengucapkan terima kasih, katanya dalam hati, lalu kembali menarik kopernya dan melangkah naik.
Dan akhirnya tangga terakhir dan Seohyun berada di lantai 5. Napasnya tersengal dan keringat mengalir di keningnya. Di istrahatkannya sejenak dirinya dan mengambil tissue dari dalam kantong tas rangselnya serta sebuah tumbler air minum yang selalu dia bawa, mengelap keringatnya lalu meneguk air menghilangkah rasa letihnya setelah menaiki tangga ke lantai 5.
Kamar 507, Seohyun kembali membaca alamat Mike, dan mulai menyusuri lorong tersebut hingga dirinya berdiri tepat di depan pintu kamar dengan no. 507 di pintunya. Jantung Seohyun berdegup kencang lebih kencang dari kejadian di tangga tadi. Seohyun lalu merapikan penampilannya, rambutnya yang terjatuh beberapa helai di keningnya, dia rapikan dengan jarinya, mengeluarkan bedak dari rangselnya dan menyapukan sedikit ke wajahnya. Lalu setelah itu perlahan dia menekan tombol di samping pintu. Beberapa saat tak ada tanda-tanda pintu akan terbuka lalu Seohyun kembali menekan tombol bel. 
Samar-samar dari dalam Seohyun mendengar suara bernada malas dan sedikit menggerutu. Lalu perlahan pintu di buka dengan kasar dan di baliknya berdiri seorang perempuan dengan wajah seakan baru bangun tidur dan pakaian yang sangat minim. Oh, Seohyun terkesiap kaget. Lalu perlahan menatap alamat Mike mencoba mencocokkannya kembali. Tidak salah ini benar apartemen Mike, tapi siapakah wanita tersebut ? 
" Sorry, is this Mike apartment ? ", tanya Seohyun sedikit ragu. Wanita tersebut menatapnya dengan pandangan berkerut. 
" Mike ? wrong apartment. No Mike live in here ", jawab wanita tersebut dengan – masih – bernada malas. 
" Michael Kim ? ", Seohyun memperjelas. Wanita tersebut menggelengkan kepalanya. 
" No dear, No Mike or Michael Kim live in here, you got wrong apartment ", katanya lalu menutup pintu, meninggalkan Seohyun dengan pandangan tak percaya. 
Kalau memang ini bukan apartemen Mike, lalu di mana dia tinggal ? Bagaimana dengan dirinya ? Seohyun tidak mempunyai satupun kenalan di Los Angeles ini, yang dia tahu Cuma Mike – pacarnya – tak ada yang lain. Dan bila Mike tidak tinggal di apartemen ini, bagaimana dengan dirinya ? Kemana dia harus pergi ? 
Seohyun mundur beberapa langkah hingga menyentuh kopernya. Di peluknya rangselnya dan dengan pandangan bingung menatap sekeliling. Ya Tuhan, apa yang harus dia lakukan ? Lalu dia teringat ponselnya, dengan tergesa-gesa Seohyun membuka tas rangselnya dan mencari ponsel yang di masukkan ke dalam rangselnya, lama dia mencari-cari tapi benda tersebut tak juga dia dapatkan. Seohyun mulai panik, tanpa sadar dia hamburkan seluruh isi rangselnya ke lantai, bunyi barang-barang jatuh memecah kesunyian koridor tersebut, bedak, tumbler air minumnya, buku hariannya, novel yang di bawanya dan beberapa barang lainnya tapi ponselnya tak terlihat di sana. 
Seohyun lalu mulai membuka satu demi satu kantong tas rangselnya tapi dia tidak juga menemukan ponselnya. Dan Seohyun rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Sebuah kejutan yang dia rencanakan berbalik menjadi kejutan buat dirinya sendiri. Panik, hanya itu yang ada di kepala Seohyun. 
Sempurna, semuanya benar-benar sempurna. Sekarang dia tidak tahu kemana lagi dia harus pergi. Uangnya yang tersisa tidaklah cukup untuk membeli tiket pulang. Tadinya dia berharap Mike akan membelikannya tiket pulang – terlalu berharap – tapi ternyata semua tidak berjalan seperti yang dia inginkan. 
Tak terasa sebuah air mata menetes di pipinya, tanpa sadar dalam paniknya Seohyun menangis. Lalu dia perlahan jongkok dan memungut semua barang-barangnya yang tergeletak di lantai, memasukkannya satu demi satu dengan tangan yang bergetar. Setelah merasa tak ada lagi, Seohyun berdiri dan dengan perasaan hampa dia menarik kopernya melangkah ke arah tangga turun. Satu persatu di turuninya anak tangga, hingga tubuhnya terjatuh duduk di salah satu anak tangga. Seohyun merasa dunianya telah berakhir. 
Apa yang harus dia lakukan disini ? Di mana dia akan tinggal. Lama dia terpekur di anak tangga, beberapa penghuni apartemen yang turun maupun naik hanya menatapnya dengan pandangan sekilas lalu kembali naik atau menuruni tangga. Tanpa ada yang menegurnya sekedar bertanya apakah dia baik-baik saja. Kembali Seohyun terisak. Seohyun merasa menjadi manusia paling sial saat ini, berada di hutan rimba belantara kota Los Angeles, dengan kemampuan berbahasa Ingris seadanya, tak punya kenalan dan tak punya tempat tinggal. Dia tersesat dan tak tahu harus meminta tolong pada siapa. 
Setelah cukup lama, Seohyun berdiri dan kembali menarik kopernya mengangkatnya turun dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya. Menuruni tangga dengan pikiran kosong tak tahu harus berbuat apa. Beberapa kali kakinya tersandung kakinya sendiri dan hampir terjatuh. Seohyun betul-betul merasa tak berdaya. 
Keluar dari apartemen, Seohyun mendapati keramaian yang membuatnya takut. Orang yang lalu lalang dengan langkah tergesa-gesa, sementara di jalan bunyi klakson bersahutan, seakan tak mau kalah dengan yang lainnya. Pandangan Seohyun nanar menatap jalan. Di palingkannya kepalanya ke arah kiri dan kanan, menimbang-nimbang kemana dia harus melangkah hingga akhrnya Seohyun hanya berjalan kearah mana hatinya inginkan. Terseok-seok diantara pejalan kaki dengan menarik koper pink berkilaunya menembus belantara California yang ramai. 
Oh My God, ottoke ??!!! 

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥





Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
3 Agustus 2016 pukul 20.19 delete

Unnie aku tunggu ff unnie yang satu lagi ..fighting

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
3 Agustus 2016 pukul 20.43 delete

ini one shot fanfic kok, The Season on proggress :) Segera update

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Agustus 2016 pukul 15.04 delete

Kak zee T-T pengobat rindu ama yongseo.. wkwkwk

~ini gua rifcha kak.. hehe

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
14 Agustus 2016 pukul 19.40 delete

Hahaha yang kangen sama Yongseo ^_^

Reply
avatar

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥