#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

LOST IN CALIFORNIA


CHAPTER TWO 


Yonghwa meraih handuk kecil yang terletak di lemari kamar mandi lalu mengelap rambut hitamnya yang basah setelah dia mandi. Berjalan menuju kamar, lalu mengenakan kemeja putih dan celana bahan berwarna abu-abu dan dasi senada dengan celananya, meraih jasnya dan berjalan menuju ke arah meja, meraih kotak cereal dan pisang. Setelah meletakkan jasnya Yonghwa menghabiskan sedikit waktu untuk sarapan dan membawa Wall Street Journal sambil sesekali melihat jam tangannya. 
Jadwal sidang hari ini adalah pukul 10 pagi dan sekarang masih kurang 15 menit ke jam 9, berarti dia masih punya banyak waktu menuju ke court. Sidang pelecehan seksual yang di tanganinya hari ini adalah pemeriksaan saksi korban, dan Yonghwa mewakili korban, lawannya adalah seorang pria mata keranjang, yang sayangnya menurut pengacaranya dia tidak bersalah dan kebetulan memeiliki uang yang banyak pula untuk membayar salah satu kantor Pengacara besar di LA Lawan yang tangguh. 
Sebagai seorang jaksa penuntut, dia berusaha keras membuktikan bahwa korban benar-benar telah di lecehkan, tapi bukan hal yang mudah, secara tak ada bukti kongkrit maupun bukti saksi yang bisa memberatkan terdakwa, Yonghwa berharap saksi yang dia hadirkan hari ini bisa menjadi saksi kunci.
Saat sedang menikmati sereal dan segelas kopi, sama-samar Yonghwa mendengar bunyi benda berjatuhan di lantai. Mengamati sekeliling, rasanya bukan gempa bumi, barang-barangnya masih utuh di tempatnya. Berarti itu suara dari koridor apartemen. Sambil mengangkat bahunya, Yonghwa melanjutkan sarapannya. Bukan hal baru, tinggal di apartemen ini hal-hal seperti benda-benda yang jatuh, suara pertengkaran, pintu yang di banting serta umpatan penuh kata-kata kotor adalah sesuatu yang biasa. Dan akan lebih baik untuk tidak mencampuri urusan mereka, kecuali sudah melibatkan Polisi, tentu saja. 
Alarm ponselnya berbunyi menandakan dia sudah harus berangkat menuju ke pengadilan. Yonghwa merapikan mejanya, meminum kopinya hingga tandas, meraih jas dan tas kantor yang berisi perlengkapan tempurnya hari ini. Fighting, Yonghwa !!, semangatnya dalam hati.
Saat melangkah keluar apartemen, Yonghwa menangkap sosok tinggi semampai dengan koper warna pink yang mencolok sedang kebingungan di jalan depan apartemen. Sosok yang di kenalnya secara sekilas saat menolongnya di tangga pagi tadi saat dia pulang dari jogging. Koper pinknya itu benar-benar bisa merusak mata bagi yang memandangnya, pikir Yonghwa sambil tersenyum. Ada juga yang memiliki koper seperti itu. 
Sambil berjalan menuju mobilnya yang dia parkirkan di depan apartemen, Yonghwa sesekali berbalik dan menatap gadis tersebut. Di lihat dari perawakanya, dia typical gadis Asia, sama seperti dirinya, dan bila mendengar logat dan aksennya pagi tadi, Yonghwa yakin gadis tersebut pastilah dari Seoul. Cantik, sebuah pikiran sekilas merasuk ke otaknya, menggelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil, bukan saatnya mengagumi cewek cantik, kini saatnya berfokus pada sidang an saksi hari ini.
Maggie, wanita berusia 21 tahun, sang korban, sudah berada di Pengadilan saat dia tiba. Wanita tersebut dengan kedua orang tuanya duduk dalam ruangan khusus Jaksa sedang menunggu kedatangan dirinya, kali ini dia didampingi oleh Pengacara yang di tunjuk oleh orang tuanya. 
Yonghwa tidak habis pikir, mengapa mereka harus menghabiskan uang mereka untuk membayar seorang pengacara, sedangkan negara sudah menunjuk jaksa untuk mewakili korban tanpa harus mengeluarkan uang, atau apakah mereka pikir dirinya tidak terlalu hebat untuk bisa menolong sang korban ? 
" Selamat pagi Mr. Jung ", sapa orang tua Maggie sambil berdiri dan menyalami Yonghwa. Di balasnya sapaan mereka lalu Yonghwa duduk di salah satu kursi dan mulai mengeluarkan berkas-berkas dan data seputar sidang yang akan mereka hadapi.
“ Saya melihat anda menyewa seorang pengacara Tuan Smith ? “ , tanya Yonghwa. 
Seorang laki-laki bertubuh proporsional, dengan rambut di sisir ke samping dan kacamata bertengger di hidungnya, usianya mungkin 2-3 tahun di bawah Yonghwa, sikapnya yang sedikit kikuk menandakan dia masih baru sebagai Pengacara bergerak maju dan menyalami Yonghwa.
“ Saya pengacara Nona Maggie Smith, Andy Mc Gill “, katanya memperkenalkan diri. Yonghwa tersenyum sambil membalas menyalami pengacara muda tersebut.
“ Mr. Mc.Gill, senang berkenalan dengan anda, dan saya mohon kerjasamanya. Sidang akan mulai sekitar 15 menit lagi, sebaiknya kita membicarakan apa saja yang akan kita persiapkan untuk sidang lanjutan kali ini “, kata Yonghwa mempersilahkan mereka semua duduk dan tidak lama mereka mulai mendiskusikan segala sesuatunya.
Saksi yang mereka hadirkan hari ini, sedikit banyak membantu kasus yang sedang Yonghwa tangani, dia adalah saksi yang pada hari kejadian sedang bertugas membersihkan kamar hotel tepat di samping TKP di salah satu hotel di pinggir kota. Saksi berhasil mengidentifikasi mobil terdakwa dan itu cukup menyulitkan Pengacara terdakwa dan terdakwa bahkan terlihat sangat tidak senang. Atas dasar keselamatan sang saksi, selaku Pengacara Yonghwa mengajukan perlindungan khusus untuk saksi mereka tersebut.
Wanita paruh baya yang menjadi saksi terlihat begitu teguh dan yakin dengan apa yang dia katakan, membuat Yonghwa sangat berterima kasih. Selesai sidang Yonghwa menyalami wanita tersebut, mengucapkan terima kasih dan mengatakan padanya bahwa mulai hari ini dia akan mendapat pengawalan untuk melindungi dirinya. Walaupun dia terlihat khawatir serta enggan dan suaranya serak saat mengucapkan terima kasih, wanita tersebut berlalu dengan pengawalan beberapa orang yang akan melindunginya.
Sidang akan di lanjutkan minggu depan, ada banyak waktu untuk mencari saksi lain dan tentu saja harus bersiap menghadapi saksi yang akan meringankan terdakwa. Yonghwa sedang merapikan semua berkas dan memasukkannya ke dalam tas saat Mc.Gill sang pengacara datang mendekatinya. 
" Mr. Jung bolehkah saya berbicara empat mata dengan anda ? ", tanyanya. Yonghwa mengangkat wajahnya dan menatapnya.
" Tentu saja Tuan Mc.Gill ", jawab Yonghwa tersenyum sambil meraih tasnya. 
" Bolehkah saya mengajak anda makan siang ? ", tanyanya lagi.
Yonghwa menatap jam dinding yang terletak di ruangan sidang, hampir jam 1 siang, ternyata sudah hampir jam 1 siang. Merasa tidak harus tergesa-gesa kembali ke kantor, Yonghwa dengan senang hati menerima tawaran tersebut, sekaligus dia ingin tahu apa yang ingin di bicarakan oleh si pengacara tersebut.
Mereka lalu berjalan ke sebuah restoran cepat saji yang berada di ujung blok tak jauh dari gedung Pengadilan. Memesan pasta cream keju dan ice coffee untuk dirinya sementara Mc.Gill memesan Burger with Double Cheese dan coke. 
Sambil menunggu pesanan mereka, Yonghwa bertanya , " Mc.Gill tahun berapa anda lulus kuliah ? ".
" Panggil saja saya Andy ", katanya. " Dan saya baru 6 bulan yang lalu berhasil meraih kesarjanaan serta 2 bulan yang lalu berhasil bergabung di salah satu biro bantuan hukum ", jawabnya lebih lanjut. Yonghwa menganggukkan kepalanya. Percakapan singkat mereka terhenti karena pelayan datang membawa pesanan makan siang mereka. 
Sambil makan, mereka berdua kembali berbincang-bincang. Dari perbincangan mereka, Yonghwa tahu bahwa kasus yang mereka tangani adalah kasus pertama bagi Andy, dan dia merasa sangat gugup. Intinya Andy berharap bimbingan dari Yonghwa, tapi Yonghwa mengatakan bahwa dia hanyalah Jaksa dan bukan Pengacara seperti dirinya, tapi bagi Andy tetap beranggapan Yonghwa bisa berbagi pengalaman dengannya. 
Mereka baru saja membayar bill makanan mereka ketika Yonghwa kembali terusik dengan koper berwarna pink yang menyilaukan mata. Gadis itu, nampak sedang kesusahan menarik kopernya sambil berlari mengejar seseorang. Yonghwa mencoba menangkap teriakannya. Pencopet !!. Shit !!
Yonghwa bergegas keluar dari restoran tersebut di ikuti oleh Andy yang sama sekali tidak mengerti ada apa atau apa yang terjadi. Yonghwa berusaha mengejar seseorang yang nampak berlari menjauh sambil membawa rangsel gadis tersebut, sementara si pemilik koper masih saja berteriak dengan bahasanya sendiri sambil terus mengejar laki-laki tersebut. Saat berada di samping gadis tersebut, Yonghwa melemparkan tasnya ke arah gadis tersebut dan dengan kaget di tangkap olehnya. Dia berhenti menatap Yonghwa tak mengerti.
" Tolong jaga tas saya !! ", teriak Yonghwa sambil berlari mengejar si pencopet tersebut. Seohyun tertegun. Bukankah dia yang tadi pagi menolongnya ?, tanya Seohyun dalam hati sambil mendekap tas Yonghwa. Melihat tatapan aneh orang-orang sekelilingnya, Seohyun menepi ke salah satu bangunan toko yang ada di situ, menduduki kopernya dan tetap mendekap tas tersebut di dadanya.
Tidak sampai 10 menit, Yonghwa kembali mendapati Seohyun duduk diatas koper antiknya sambil mendekap tasnya, wajahnya cemas. Saat melihat Yonghwa kembali Seohyun buru-buru berdiri.
" Did you get my bag from that thief ? ", tanya Seohyun penuh harap.
" Ani... ", jawab Yonghwa sambil menggeleng.
" Apakah anda dari Seoul juga ? ", tanya Seohyun sedikit kaget dan saat Yonghwa mengangguk dia bernapas lega.
" Maaf, saya tidak bisa mengejar pencopet tadi ", kata Yonghwa dengan nada menyesal.
Mendengar ucapan Yonghwa, wajah Seohyun berubah menjadi panik.
" Ottoke ?? Semua barang-barang penting ada di tas itu, dompet saya, paspor juga visa ada di dalam tas tersebut. Bagaimana ini ?? ", ucap Seohyun pada dirinya sendiri sambil tetap mendekap tas Yonghwa. " Bagaimana aku harus pulang, apa yang harus aku lakukan. Semua uang ada di dompet itu. ya Tuhan, aku benar-benar sial ", lanjutnya.
Yonghwa mengamati perubahan wajah Seohyun dari panik menjadi wajah tak berdaya, wajah tak tak harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang membawa gadis ini ke LA ? tanya Yonghwa dalam hati
Seohyun melangkah bolak balik di sekitar kopernya sambil terus menerus mulutnya komat kamit tidak karuan. Saat ini dia betul-betul tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tidak punya identitas, tidak punya uang. Akan jadi apa dia di negara ini, bisa-bisa dia di jebloskan ke dalam penjara karena dianggap penyusup. Membayangkan hal tersebut Seohyun gemetar. ya Tuhan, desisnya.
Yonghwa menikmati kepanikan gadis cantik di depannya, keringat masih bercucuran di keningnya bahkan di kemejanya. Andy yang tiba-tiba muncul di dekatnya mengulurkan sebotol air mineral dingin kepadanya. tersenyum dengan rasa terima kasih Yonghwa meraih botol tersebut dan langsung meneguknya hingga setengah.
Setelah sedikit lega karena air tersebut, Yonghwa akhirnya bisa fokus. Gadis di depannya sedang panik itu sudah pasti, apa yang bisa dia lakukan tanpa paspor dan lain-lainnya yang berada di dalam tas. Mencoba membuatnya tenang Yonghwa menyodorkan botol minuman yang tadi diminumnya setengah kepada Seohyun.
" Minumnlah ", ucap Yonghwa. Seohyun yang kebingungan tanpa pikir panjang menerima botol air minum tersebut meminumnya hingga tandas lalu menyerahkan botol kosongnya ke tangan Yonghwa lalu kembali komat kamit , panik dan kebingungan.
" Hey, bisakah kau tenang sebentar ", kata Yonghwa. Seohyun terdiam. " Tarik napas dan lepaskan, tarik napas dan lepaskan.......... tarik.. lepaskan ", Yonghwa menyuruh Seohyun melakukan hal tersebut dan dengan patuh Seohyun menarik napas berulang kali hingga dia akhirnya merasa sedikit tenang.
" Kalau kau sudah tenang, bagaimana kalau kita masuk dan duduk di restoran itu ", kata Yonghwa sambil menunjuk restoran tempat tadi dia makan siang bersama Andy yang tak jauh dari meeka berdiri. Seohyun hanya diam.
" Andy, you can go back to your office now ", kata Yonghwa lagi kepada Andy yang masih berdiri di sampingnya. " we discuss the case another time, OK? ". Andy mengangguk dan berjalan menjauh. Yonghwa kembali fokus ke arah Seohyun tapi gadis itu sudah tidak berada di depannya, kemana dia pergi ? tanya Yonghwa sambil melihat ke kri dan ke kanan saat akhirnya matanya menangkap koper berwarna pink mentereng yang menghilang di balik pintu restoran. Tersenyum sendiri Yonghwa lalu berjalan menyusulnya.
Seohyun duduk di pojokan, tidak tahu harus berbuat apa. Jauh-jauh dia melewati samudera dengan penuh harap bisa bertemu dengan Mike, membayangkan masa-masa bahagiaakan dia rasakan, menikmati kota California bersama. hanya dalam beberapa jam, semua impiannya buyar tak berbekas. Hilang raib sirna tak berbekas. Seohyun memasukkan tangannya ke dalam kantong celana jeansnya dan mengeluarkan selembar kertas berisi alamat apartemen Mike, meremasnya hingga tak berbentuk dan melemparnya ke tempat sampah yang kebetulan tidak jauh dari tempatnya duduk.
Yonghwa duduk di depannya. menatap gadis tersebut, hingga dia merasa kikuk karena tatapannya. Yonghwa tersenyum dan memanggil seorang pelayan untuk ke maja mereka.
" Apakah kau sudah makan ? ", tanya Yonghwa. Seohyun menggeleng lalu tertunduk.
" Kalau begitu kau harus makan dulu ".
" Tapi saya sudah tidak punya uang ".
" Aku yang bayar ".
Seohyun tertunduk, salah tingkah. Seohyun merasa kikuk oleh tatapan matanya. Laki-laki di depannya nampak penuh wibawa dengan kemeja dan dasi yang di longgarkan sementara jasnya di sampirkannya ke sandaran kursi. Lelaki yang tadi pagi menolongnya kini kembali menolongnya.
" Kau mau makan apa ? ", tanya Yonghwa sambil mengulurkan menu yang di bawa si pramusaji.
" Aku minta spagetty saja dan air putih ", jawab Seohyun. Yonghwa lalu mengucapkan hal yang sama kepada pelayan tersebut tidak lupa menambahkan ice americano untuk dirinya sendiri.
Seohyun menatap keluar jendela. pikirannya berkecamuk, berusaha memikirkan apa yang harus dia lakukan. Apakah bila dia melapor ke Polisi, mereka akan percaya padanya ?
Pesanan mereka datang tidak lama kemudian, pramusaji mempersilakan mereka menikmati pesanan mereka.
" Makanlah, setelah itu kau harus menceritakan semua yanag terjadi padamu ", kata Yonghwa sedikit dengan nada memerintah. Seohyun menatapnya. " Kau harus menceritakan semuanya padaku, agar aku bisa memikirkan langkah apa yang akan aku ambil untuk membantumu ".

♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥




Previous
Next Post »

Plis, masukan dan saran kami harapkan dari anda. Silakan komentar EmoticonEmoticon

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥