#SupportYongseo2017

#SupportYongseo2017

YONGSEO ALWAYS FOREVER

YONGSEO ALWAYS FOREVER

ACCIDENTALLY WE MARRIED !!



CHAPTER THREE

Selamat malam Bapak-bapak dan Ibu-ibu ....
Seohyun mendengar MC sudah membuka acara dari booth No.2 dimana dia berada. Mendengar MC mulai menerangkan peraturan game tersebut dan tentu saja tidak lupa menegaskan akan ada pernikahan sandiwara yang akan di gelar saat sang fanelis akhirnya menentukan pilihan hatinya. Dan Seohyun tiba-tiba merasa kembali ke zaman purbakala, sayangnya kali ini bukan fanelis yang berkelahi memperebutkan wanitanya tapi justru wanitanya yang harus membujuk agar di pilih. Benar-benar bukan typical seorang Seohyun.
“ Fanelis kita adalah seorang most wanted bachelor berusia 30 tahun , tampan, kaya dan seksi “.
Most Wanted Bachelor, dengus Seohyun. Yang pasti bukan dirinya
Saat terdengar suara fanelis tersebut, Seohyun mengerutkan keningnya, sepertinya dia merasa kenal dengan suara tersebut tapi kemudian pandangan Seohyun bertemu dengan tatapan mata ibunya dan itu membuatnya terkejut.
Apa yang sedang ibunya lakukan di acara ini ?
Keterkejutan Seohyun berubah menjadi kegelisahan. Bagaimana dia tidak merasa gelisah, Ibunya berada di ruangan yang sama dengannya, Ibunya, yang selama ini begitu sering menguliahinya dengan tetek bengek pernikahan, umurnyalah yang sudah cukup untuk menikah, atau umurnyalah yang sudah tua dan takut tak bisa menimang cucu dan sebagainya dan sebagainya, yang terkadang membuat Seohyun merasa pusing sendiri sekaligus sebel.
Memangnya kenapa kalau umurnya sudah pantas untuk menikah ??
“ Kandidat No. 2 ? “.
Seohyun tak bergeming terlalu sibuk dengan keterkejutannya sendiri. Keberadaan Ibunya membuatnya tidak fokus pada apa yang sedang terjadi.
“ Kandidat No. 2  !! ? “.
No. 2 ? Itukah dirinya. Seohyun akhirnya tersadar dan berusaha untuk fokus. Apakah si fanelis tadi bertanya padanya ?? memangnya apa yang dia tanyakan ??
“ M-maaf “, nada suara Seohyun sedikit gugup membuatnya menelan ludah perlahan. “ Bisakah anda mengulang pertanyaan anda ?? “.
“ Sepertinya anda tertidur di dalam sana, apakah booth anda cukup nyaman ? “, terdengar candaan dari MC yang mencoba mencairkan suasana. Seohyun tersenyum kecut.
“ Baiklah , pertanyaan saya adalah apakah anda orang yang berani berkomitmen ? “.
Berkomitmen ? ulang seohyun dalam hati.
“ Tergantung berkomitmen dalam hal apa. Kalau dalam menjalankan tugas saya sebagai pengajar tentu saya berkomitmen untuk itu “, jawab Seohyun
“ Bagaimana dengan komitmen pernikahan ? “,
Komitmen pernikahan ? Seohyun terdiam sesaat. Dia adalah orang yang percaya komitmen pada pernikahan tapi tak ingin terlibat dengan komitmen tersebut.
“ Kalau melihat kedua orang saya yang begitu bahagia dengan pernikahan mereka, saya percaya pada komitmen akan sebuah pernikahan “.
“ Apakah anda ikut game ini karena ingin terikat dengan komitmen pernikahan ? “.
Suara fanelis tersebut terdengar bernada sarkasme dan mengejek di telinga Seohyun.
“ Tidak ! “, Seohyun menjawab dengan singkat.
“ Jadi atas dasar apakah ? “.
“ Persahabatan. Komitmen saya pada sahabat saya yang meminta saya untuk membantunya “, jawab Seohyun dengan nada acuh. Dan Seohyun mendengar nada-nada kecewa dari para undangan yang menyaksikan game tersebut.
Sedikit jeda, lalu kemudian Seohyun mendengar fanelis tersebut bertanya kepada kandidat No.1. Dan dari suara kandidat tersebut nampaknya kandidat No.1 cukup menaruh minat untuk mencari calon suami yang bisa dia handalkan. Dengan suara yang sedikit terdengar menggoda dan dibuat seksi, kandidat No.1 menjawab semua pertanyaan si fanelis.
Yeah, sebaiknya si fanelis memilih kandidat No.1 yang sepertinya bahkan siap untuk telanjang demi menarik perhatian si fanelis. Seohyun menjadi muak dan perutnya terasa mulas. Tidak bisakah dia sedikit menaikkan standar harga dirinya ? terlalu murahan , sungut Seohyun dalam hatinya kesal.
Seohyun kembali bertatapan dengan mata ibunya yang terlihat berbinar dan tersenyum penuh makna. Aigo, semoga ibunya tidak berharap malam ini Seohyun akan menikah ! Tapi tatapan mata Ibunya justru terlihat penuh tekad.
Tuhan tolonglah.............
“ Kandidat No. 2 . Apakah anda menyukai anak-anak ? “.

♥ ♥ ♥

“ Apakah saya menyukai anak-anak ? Tentu saja. Saya sangat menyukai anak-anak. Anak-anak adalah mahluk terindah yang pernah di ciptakan, keluguan dan kelucuan mereka selalu bisa melelehkan baja sekalipun “.
Yonghwa menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari kandidat No. 2 tersebut. Setidaknya setelah pertanyaannya yang sedari tadi di jawab dengan acuh tak acuh, kali ini kandidat No.2 menjawabnya dengan sepenuh hati. Tanpa nada yang di buat-buat seperti kandidat No. 1 dan 2 yang terkesan ingin menjerat lehernya dengan rantai pernikahan. Dan itu membuat Yonghwa bergidik.
Yonghwa lalu mengedarkan pandangannya berusaha untuk tidak bertatapan dengan ibunya, yang sesaat yang lalu sempat membuatnya terkejut dan mengutuk Jonghyun dalam hatinya. Dia harus membuat perhitungan dengan sahabatnya itu setelah acara ini selesai.
Kehadiran ibunya di acara ini membuat Yonghwa merasa terintimidasi. Bagaimana tidak, Ibunya sudah terlalu sering memintanya untuk menikah, berusaha menjodohkannya dengan begitu banyak anak gadis koleganya dan Yonghwa harus jungkir balik mencari alasan untuk tidak memenuhi keinginan ibunya untuk bertemu wanita-wanita tersebut. Dan sekarang Ibunya di sini dan demi Tuhan, mata ibunya nampak terlihat bercahaya dan bahagia. Dan Yonghwa merasa terjebak.
Sedari tadi dia melihat tatapan Ibunya berpindah-pindah dari dirinya ke kandidat-kandidat yang berada di booth tersebut, dan anehnya setiap kali dia bertanya kepada Kandidat No.2 Ibunya tersenyum senang dan matanya berbinar.
Oh jangan sampai Ibunya menyukai kandidat yang berada di booth No.2 itu. Dan kalau memang demikian, maka dia harus menghindarkan dirinya dari memilih kandidat tersebut. Yonghwa tidak akan pernah mau terlibat dengan para kandidat tersebut di luar acara ini tapi dengan kehadiran Ibunya sepertinya nasib buruknya baru saja di tuliskan oleh yang Kuasa.
Yonghwa kembali fokus ke game yang sedang di mainkannya – walau dengan enggan. Kali ini Yonghwa memilih bertanya pada Kandidat No.3. Dan kembali Yonghwa harus mendengar jawaban palsu yang di lontarkan wanita tersebut dengan suaranya yang di buat seksi tapi terdengar seperti seseorang yang sedang terkena ashma di telinga Yonghwa.
Lalu kemudian Yonghwa mengajukan pertanyaan kepada kandidat No.1 dan tak jauh beda dengan kandidat sebelumnya. Yonghwa juga muak mendengar suaranya yang terlalu di buat-buat agar terdengar manja dan demi segala yang dia tak sukai, wanita tersebut mempunya tawa yang sangat membuatnya merinding.
“ Kandidat No.2 Boleh saya tahu type pria idaman anda ? “, Yonghwa memutuskan untuk bertanya kepada  Kandidat No.2. Dari jawaban-jawabannya yang bernada tidak terlalu tertarik membuat Yonghwa penasaran. Lama baru kemudian dia mendengar wanita tersebut menjawab pertanyaannya.
“ Saya tidak mempunyai type pria idaman “.
Sudah dia duga, wanita di dalam booth No.2 tersebut sama seperti dirinya. Jawabannya sangat tegas dan jelas. Cukup bagi Yonghwa untuk menyimpulkan bahwa kandidat No.2 adalah bukan type wanita yang siap untuk menikah.  Bila pertanyaan yang sama dia lontarkan kepada kedua kandidat lainnya, dengan mudah Yonghwa akan bisa menebaknya, tampan dan bisa menjadi kepala keluarga yang baik. Baik tentu saja dalam hal baik finansialnya maupun baik yang lainnya dalam tanda kutif.
“ Apakah anda percaya cinta pada pandangan pertama , Kandidat No.2 ? “.
Seperti sebelumnya saat Yonghwa bertanya, akan ada sedikit jeda waktu sebelum akhirnya wanita tersebut menjawab.  Sedikit lama, sepertinya dia sedang memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan.
“ Bagi saya, cinta pada pandangan pertama itu hanyalah ada dalam dongeng “, jawabnya singkat. Jawaban yang membuat Yonghwa tersenyum. Setidaknya dirinya dan nona kandidat No.2 tersebut mempunyai kesamaan pandangan.
“ Apa hobi anda Kandidat No.2 ? “, penasaran Yonghwa kembali bertanya.
“ Tidak ada “.
Singkat dan cepat membuat Yonghwa mengernyit, mencoba membayangkan seperti apa orang di balik booth No.2 tersebut. Sarkasme dan terkesan tidak terlalu berminat dengan dirinya dan praktis tanpa basa basi.
Point yang bagus
Kali ini Yonghwa sengaja melayangkan pandangannya tepat ke meja ibunya, mencoba mencari keterkejutan atau apa sajalah yang bisa dia jadikan tanda untuk dirinya sendiri, tapi wajah Ibunya tetap terlihat senang dengan jawaban si Kandidat No.2 tersebut. Dilihatkan Ibunya sedang berbisik kepada seseorang yang duduk di sebelahnya, terlihat akrab lalu keduanya tertawa. Wanita tersebut hampir seumuran ibunya, nampak anggun dan kecantikan masa mudanya masih terukir jelas di wajahnya.
Berpindah dari meja ibunya Yonghwa mengalihkan tatapannya ke sudut ruangan di mana Jonghyun – sahabatnya – nampak sedang berbincang akrab dengan Yoona. Saat pandangan Jonghyun bertemu dengan tatapannya, Yonghwa mengrimkan sinyal – awas kau nanti, tunggu saja pembalasanku – tapi Jonghyun hanya mengacungkan jempolnya.
“ Baiklah para hadirin kita akan mengakhiri sesi kali ini, dan selanjutnya akan kami persilahkan    anda sekalian untuk berkesempatan mengajukan pertanyaan kepada ketiga kandidat yang  ada di atas panggung yang anda rasa sangat cocok untuk di pasangkan dengan fanelis kita tapi kami hanya akan batasi untuk 3 pertanyaan saja “
Oh Yeah, sekarang nasibnya di tangan para undangan. Ataukah dia harus mengatakan , nasibnya berada di tangan ibunya ? Yonghwa mendesah kesal sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi tempatnya duduk.

Dan mengapa dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya.

♥ ♥ ♥

Jadi sekarang, para undanganpun di beri kesempatan untuk bertanya dan memilih, mengapa Yoona tidak mengatakan akan ada sesi seperti itu ?
Seohyun mengerucutkan bibirnya kesal. Dia seratus persen yakin, Ibunya akan sangat senang dengan sesi ini. Seohyun yakin, salah satu yang akan mengajukan pertanyaan kepada dirinya adalah Ibunya sendiri. Bukankah itu sangat melegakan ?
Merasa gerah dengan situasi tersebut, Seohyun lalu melepaskan dua buah kancing mejanya dan lebih menurunkan gagang kacamatanya. Seohyun tidak menyadari bahwa apa yang baru saja dia lakukan justru membuat beberapa undangan tertarik untuk memperhatikan dirinya. Beberapa mulai berbisik dan tersenyum.
Seorang tamu kemudian bertanya pada kandidat No. 3, dan di jawab dengan panjang lebar dan bertele-tele oleh wanita tersebut. Acuh, Seohyun menghembuskan napasnya beberapa kali sambil memutar bola matanya – tak berminat sedikitpun mendengar jawaban tersebut.
Tepuk tangan memenuhi hall saat wanita tersebut – akhirnya – menyelesaikan jawaban panjangnya yang sama sekali tidak Seohyun mengerti sedikitpun.  Samar- samar dia mendengar desahan napas puas dari balik tirai di sebelah kirinya. Wanita di sebelahnya pasti sudah mempersiapkan dirinya untuk semua pertanyaan yang kira-kira akan di tanyakan kepadanya. Hebat !!
“ Kandidat No.2 “.
Seohyun menahan napasnya saat mendengar seseorang menyebut Kandidat No.2. Refleks Seohyun mengarahkan pandangannya pada meja di mana wanita tersebut berdiri. Meja di mana ibunya duduk tapi bukan ibunya yang bertanya melainkan wanita yang duduk di sebelahnya sementara Ibunya terlihat tersenyum penuh makna.
“ Kandidat No. 2, bolehkan saya tahu apa arti keluarga buat anda ? “.
Sesaat Seohyun mencerna pertanyaan tersebut. Arti keluarga bagi dirinya. Senyum tulus tiba-tiba terpancar dari wajahnya.
“ Keluarga bagi saya adalah segalanya, keluarga adalah sebuah tempat di mana saya selalu ingin pulang. Tidak ada yang lebih penting dari keluarga. Saat senang bahkan di saat susah keluargalah yang menjadi tempat kita bersandar dan saya sangat mencintai keluarga saya melebihi apapun “.
Tepuk tangan riuh kembali memenuhi hall tersebut dan Seohyun bisa melihat senyum penuh kepuasan di wajah wanita yang bertanya padanya, demikian juga di wajah ibunya. Jawaban terpanjang yang Seohyun berikan sejauh ini.
Sesi berakhir setelah sebuah pertanyaan terlontar untuk Kandidat No.1 dan Seohyun akhirnya bisa bernapas lega. Seohyun yakin finalis yang katanya the most wanted bachelor itu tidak akan memilih dirinya dan perasaan itu membuat Seohyun senang.
Sialnya pada undangan menunjuk dirinya sebagai Kandidat yang sangat pantas untuk fanelis tersebut. Dan mereka mulai riuh bertepuk tangan meminta fanelis untuk memilih dirinya. Demi Tuhan, Seohyun tidak suka dengan situasi tersebut.

♥ ♥ ♥

Riuh para hadirin yang menghadiri malam amal di hall tersebut membuat Yonghwa tersenyum masam. Mereka meminta dirinya untuk memilih kandidat No.2 yang sedari tadi rasanya tampak tidak berminat sama sekali untuk di pilih olehnya.
Kalau mau jujur dia senang dengan jawaban sarkasme dan praktis dari Kandidat No.2. Yonghwa bisa menyimpulkan bahwa mereka – walaupun tidak sepenuhnya pasti – sama-sama tidak terlalu menyukai menjadi bagian dari permainan ini. Dan sepertinya mereka –para hadirin- pun yang sedari tadi mengikuti permainan tersebut juga memilihnya untuk dirinya.
Haruskah dia memilih kandidat No.2 tersebut ?
Tiba-tiba Yonghwa melihat Ibunya memberikan isyarat untuk dirinya memilih Kandidat No.2 dengan menaikkan tangannya dengan 2 jari dan menunjuk ke arahnya. Sebenarnya ada apa dengan kandidat No. 2 . Mengapa bahkan ibunya begitu terlihat antusias dengan wanita tersebut. Sampai -  sampai Yonghwa bisa mendengar suara ibunya yang mengharuskannya memilih wanita yang ada di balik booth No. 2 tersebut.
Penasaran. Yonghwa akhirnya memutuskan untuk memberi kepuasan pada semua yang sudah memintanya untuk memilih Kandidat No. 2
“ Terima kasih untuk para kandidat yang telah menjawab semua pertanyaan- pertanyaan saya “, pengantar basa basi ala Pengacara Jung Yonghwa membuat hall menjadi sunyi. Semua mata kini bertuju padanya.  “ Sayangnya saya tidak bisa memilih ketiga- tiganya, ottoke ? “. Dan suara tawa para undangan terdengar mendengar ucapan Yonghwa tersebut.
“ Saya menyukai ketiga-tiganya dalam menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan. Tapi karena saya hanya bisa memilih satu saja diantara tiga, dan sepertinya para hadirin yang berada di sini juga sama semangatnya dengan saya, maka saya memilih kandidat No. 2 “.
Tepuk tangan dan sorakan terdengar menyambut perkataan Yonghwa yang akhirnya memilih Kandiday yang mereka inginkan. Dan tiba-tiba sebuah letusan kecil dan confetti yang berjatuhan dari atas panggung dan perlahan booth no. 2 bergerak maju dan tirai yang menutupinya jatuh tergerai ke lantai panggung. Dan apa yang Yonghwa lihat membuatnya terbelakan bagaikan terkena petir dengan kekuatan berjuta-juta voltase.
Wanita menyebalkan yang telah menghancurkan bemper mobilnya yang menatapnya dengan keterkejutan yang sama  dengan dirinya duduk dengan tegang di kursinya. Sesaat Yonghwa mengutuk pilihannya. Apakah semua mahluk yang bernama wanita sudah punah dari bumi ini dan hanya menyisahkan dia seorang ?
Demi segalanya, bisakah dia membatalkan pilihannya dan memilih kandidat lainnya ?


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥


Chapter Two  Chapter Four
Previous
Next Post »

Nothing But Yongseo ♥

Nothing But Yongseo ♥